Selasa, 01 Juni 2010

TPQ Dan Permasalahannya


Keberadaan TPQ benar-benar strategis sebagai benteng iman dan akhlak anak sejak dini, karena yang digarap adalah anak-anak dalam periode emas. Perkembangan kecerdasan dan rasa berdasarkan kajian neurologi terjadi pada saat bayi lahir. Pada saat itu otak bayi mengandung kira-kira 100 milyar neuron yang siap mengadakan sambungan antarsel. Selama satu tahun pertama otak bayi berkembang sangat pesat dan menghasilkan bertrilyun-triltun sambungan antarneuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan itu harus diperkuat melaui rangsangan psikososial, sebab sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami atrofi (penyusutan) dan musnah. Inilah yang pada akhirnya mempengaruhi kecerdasan anak.

Penelitian Baylor College of Medicine menyatakan bahwa bila anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan, maka perkembangan otaknya lebih kecil 20-30 % dari ukuran normal anak seusianya. Bahkan terbukti bahwa 50 % kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi sejak saat ia berusia 4 tahun. Pada usia 8 tahun kapabilitas kecerdasan orang akan menjadi 80 % dan akan mencapai titik kulminasi pada saat anak usia 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pad 4 tahun pertama sama besar dengan perkembangan yang terjadi dalam waktu 4 tahun berikutnya sebelum perkembangan otak mengalami stagnasi.

Di sinilah makna strategis gerakan TPQ dalam menyiapkan SDM berkualitas demi kepentingan umat dan bangsa. Kecerdasan otak yang tidak diimbangi kecerdasan emosional, kecerdasan kreatif, kecerdasan sosial dan spiritual hanya akan menjadikan manusia mesin yang tak berjiwa.

Permasalahan Yang Dihadapi :
  1. Tenaga pengajar rata-rata bukanlah pengajar profesional (dari data menunjukkan ijazah mereka berkisar SD/SLTP/SMA ).
  2. Managemen TPQ masih harus ditata lebih serius lagi.
  3. Anak sering meninggalkan TPQ karena ada les Biola/Piano/Tari Balet/Matematika dll yang memang orang tua lebih memprioritaskan hal tersebut daripada ngaji di TPQ.
  4. Perlu segera dirumuskan panduan pendidikan Pasca-TPQ. Akhir-akhir ini banyak pengelola TPQ bertanya-tanya tentang materi setelah anak bisa membaca Al Qur’an , menulis huruf Arab, menghafalkan doa pendek dan mampu mendirikan sholat. Tentunya materi lanjutannya harus sustainable dengan pendidikan Al Qur’an. Alhamdulillah saat ini telah ditemukan metode membaca dan memahami kitab gundul secara cepat dan sistematis yaitu Amtsilaty oleh KH Taufiqul Hakim Jepara.

Semoga pihak yang berkompeten diberi oleh Allah keluasan kemampuan untuk berbuat lebih banyak lagi demi memajukan TPQ (dalam Hal ini Kantor Kementrian Agama seksi PENAMAS). Amiin yaaRobbal Alamiin.

2 komentar:

  1. Bos saya mau tanya alamatnya KH. Taufiqul Hakim Jepara dimana?

    BalasHapus
  2. maaf , saya lihat di buku saja . disetiap kitab itu ada alamat kantor pusat beliau

    BalasHapus